“Tiittt…tiiittt…tiiiittt….” Suara
jam weker membangunkanku.
Ku
raih dan ku matikan, ku lihat sebuah Cup cake dengan krim strawberi favoritku
terletak tepat di sebelahnya. Sepucuk surat bersandar di bungkusnya. Ku buka dan
ku baca.
Good morning Princess Cup cake
(˘⌣˘)ε˘`)
|
Aku tersenyum
melihatnya dan aku tau siapa pengirimnya.
“Ma… Tadi Denis kemari yah???”
Teriakku.
“Ya tadi pagi-pagi sekali dia
datang dan menitipkan Cup cake favorit mu.” Jawab suara dari luar ruangan
kamarku.
Siang
ini aku berjanji akan jalan dengan nya, ini hari jadi kami yang ke 2 tahun 4
bulan tepatnya. Ku angkat tubuh pemalas ini dan ku bawa untuk membersihkan
diri.
Setelah
selesai, masih dengan menggunakan handuk dan rambut panjangku yang masih basah.
Ku ambil dan ku nikmati Cup cake pertamaku hari ini.
“hemmmm enak sekali….!!” ucapku
girang.
Jam
menunjukkan pukul 11.. Suara klakson sepeda motor terdengar dari depan gerbang
rumahku.
“Ma… aku pergi dulu yah…”
teriakku.
“Hati-hati…” jawabnya parau.
Denis
mengajakku berjalan-jalan kebeberapa tempat, namun seperti biasa tanpa perlu ku
katakan dia membawaku ke sebuah toko kue berlambangkan Cup cake. Tempat yang
paling ku suka.
“Den, aku mau yang ini..” pinta ku menunjuk ke sebuah cup
cake rasa coklat krim strawberry.
Lelaki
itu tersenyum melihatku, dia begitu senang memandangiku setiap kali aku bersamanya
ke toko kue langgananku ini. Sejak aku kecil ayahku sering sekali mengajakku
ketempat ini, selain kuenya yang begitu enak tempat ini memiliki suasana yang
begitu nyaman dan indah di pandang. Tempat yang klasik namun begitu elegant.
Namun
yang membuatku suka tempat ini adalah cup cake nya yang terkenal begitu manis
dan menggoda. Terbukti tentunya, begitu banyak pelanggan yang datang kemari
hanya demi mencicipi cup cake yang begitu terkenal di daerah ini.
Dengan
senyuman yang menawan, lelaki itu mengambil kue pesananku dan menyuruh ku
menunggu sebentar. Dia selalu setia menemaniku ke tempat ini, seminggu mungkin
bisa berkali-kali.
Denis, dia kekasihku. Tak ku sangka
sudah 2 tahun 4 bulan sejak kami pertama kali bergandengan tangan. Masih ingat
aku hari dimana dia mengungkapkan cintanya padaku, dengan 8 buah cup cake yang
bertuliskan I LOVE YOU.
Sungguh
romantis dan begitu manis, andai bisa ku simpan semua cup cake itu pasti sudah
menjadi pajangan utama di kamarku.
Handphone
ku berbunyi, ada yang menelpon ku. Ku rogoh tas gandeng ku dan ku ambil segera
berharap ada yang penting sehingga mengganggu waktu ku bersama kekasihku.
Aku terpaku saat
ku menatap nama yang tertera disana. “Arifah”
nama itu yang muncul di layar handphone ku, tragedi itu mulai nampak kembali,
kupikir setelah sekian lama kami tak pernah bertemu, semuanya akan berlalu
dengan mudah. Namun sepertinya akan kembali sulit bagiku melupakan persahabatan
kami dimasa lalu. Aku masih saja terdiam hingga handphoneku berbunyi untuk
kedua kalinya. Saat itu pikiranku melayang jauh, menyusuri waktu itu.
Hari
itu, hujan rintik-rintik membasahi segalanya di sekitarku, aku berlari untuk
menemui Denis dan Arifah yang telah lama menunggu ku di toko kue langgananku
ini, karena takut mereka terlalu lama menunggu. Ku susuri jalan menuju tampat
itu. Tapi, kakiku terlalu berat melangkah lagi hingga tak pernah sekalipun aku sampai
kesana.
Aku melihatnya.
Ku lihat segalanya terlalu indah untuk mengganggu kebersamaan diantara mereka.
Sejak saat itu ku sadari semua, tatapan yang tak pernah bisa aku temukan saat
aku menatap Arifah sebelumnya.
Saat
itu aku dan Denis hanya teman biasa, begitu juga dengan Arifah. Namun aku tak
tau bahwa Arifah memiliki rasa yang sama dengan ku. Sejak awal aku sudah
menduga, pertemanan dua orang perempuan dan seorang lelaki akan membuahkan
cinta segitiga. Dimana, bila dua hati bersatu, akan ada satu hati yang terluka.
Sejak
dia tau Denis lebih memilihku, Arifah tak mau lagi menemuiku, dia mengatakan
aku ini sahabat yang keterlaluan. Teman makan teman, begitu lebih tepatnya. Aku
pun terjebak dalam dilema yang biasanya ku baca dalam cerita-cerita. Tak ku
sangka aku benar-benar akan mengalaminya.
Arifah
atau Denis?? Cinta atau sahabat?? Karma atau luka?? Pilihan-pilihan itu
menghantui fikiran ku. Namun Denis lebih dahulu mengutarakan isi hatinya padaku
dan saat itu ku pilih pilihan ku. Sejak hari itu, berakhirlah persahabatan
kami.
Aku
tersentak, setelah ketiga kalinya handphone ku berbunyi dan masih menampilkan nama
yang sama. Segera ku reject telponnya
dengan wajah yang menunjukkan kebingungan.
“ada apa dia menelpon ku?”
tanyaku dalam hati.
Tak
ku sangka lebih 2 tahun dia masih menyimpan nomorku. Padahal kami tak pernah
berhubungan sejak dilema itu.
“Siti, ayo pergi..” ajak Denis.
“Siti…??” panggilnya sekali lagi.
“Eh…eee… iya ayo..” jawabku yang
baru tersadar dari lamunanku.
Segera aku
menggandeng dan memeluk lengan pangeranku, dia tersenyum melihat tingkah
manjaku dan kami pun berjalan keluar menuju pintu.
Sebelum
pulang ke rumah, dari tempat ini biasanya kami akan pergi ke taman bunga dimana
tempat Denis menembakku. Dia suka mengenang saat-saat itu, saat paling bahagia
dalam hidupku.
Di
dekat air mancur, Denis mengajakku duduk di kursi panjang berwarna putih. Dia
membuka bungkusan coklat dan mengambil sebuah cup cake berwarna pink dari
dalamnya. Dengan sangat romantisnya perlahan ia menyuapiku, aku pun tak sungkan
langsung melahap dan menikmati makanan favoritku itu dengan sedikit perilaku
manja.
Terkenang
masa-masa indah bersamanya, setiap suapan mengandung jutaan makna yang
diutarakan dalam satu kata “Cinta”. Dengan lembut dan romantisnya ia
membersihkan krim cake yang belepotan di bibir ku.
Seketika
itu dia menatapku, matanya berkaca. Bibirnya merekahkan sebuah senyuman tulus
yang membuatku bahagia.
“Siti aku mencintaimu..” ujarnya
Hatiku
terasa lebih manis dari ratusan cup cake yang pernah ku cicipi. Wanita mana
yang tidak melayang hatinya diperlakukan seromantis ini? Sungguh tiap gadis
ingin lelaki seperti dirinya.
Aku
masih terdiam memandanginya yang membersihkan krim di bibirku, sungguh dalam
tatapannya. Seakan dia memaksa ku masuk dan merasakan cinta yang ia miliki.
“Aku ingin, setiap hari bisa
menyuapimu sebuah cup cake yang kau sukai..” ujarnya lagi.
Tanpa
sadar mata ku terasa sempit untuk menatapnya, air mata menghalangi pandangan
ku. Haru dan bahagia bersatu di dada, sungguh beruntung aku mendapatkan kekasih
sepertinya. Setelah, membersihkan krim di bibirku kini ia menepiskan butiran
yang mengalir di pipiku.
“Den, aku ingin kamu selalu ada…
mengusap setiap air mata ini..” sahut ku.
“Pasti,…. Aku pasti melakukan
itu..” jawabnya dengan senyuman.
Dia
memelukku erat, air mata ku kini membasahi kemejanya yang rapi. Beberapa kali
ia menciumi rambut ku, seolah mengatakan “aku sayang padamu”.
Suasana
bahagia itu terusik oleh sebuah bunyi handphone dari tas ku. Seketika Denis
melepaskan pelukannya dan memintaku menjawab telpon itu. Ku raih tas ku dan ku
ambil benda pengganggu itu.
“Arifah”
lagi-lagi dia, kenapa dia mengangguku di saat-saat indah seperti ini, selama
dua tahun dia tak menghubungiku sekarang dia mengganggu kemesraanku dengan
kekasih ku. Lagi-lagi ku reject telpon
itu namun kali ini dengan wajah yang cukup kesal.
Denis
hanya diam, dengan dua tangan nya yang saling menggenggam. Menatap bungkus Cup
cake yang tadi dia belikan untukku.
“Dari siapa??” tanyanya
tiba-tiba.
“bu..bukan dari siapa-siapa..”
jawabku.
“kalau penting angkat aja dong.”
Ujarnya dengan senyum mempesona.
“iya, tapi memang gak penting
kok.”
Langit
mulai mendung, gemuruh mulai terdengar, anginpun tak mau kalah menunjukkan
aksinya. Denis segera menggandeng tanganku dan menarikku pergi, aku sedikit
berlari mengejarnya. Mata ku tertuju pada genggaman tangannya yang begitu
dingin, seakan aku tak ingin melepasnya untuk selamanya.
Di
sepeda motornya ku peluk erat tubuhnya
dan ku hirup jelas aroma tubuhnya. Membuatku nyaman dan tenggelam didalam
kenikmatan. Angin mengibarkan rambutku, rintik-rintik hujan mulai jatuh.
Akhirnya
kami sampai di depan rumahku, Denis membuka kaca helmnya dan tersenyum manis
padaku. Segera aku turun dan berdiri di sampingnya.
Denis memintaku
mendekatkan wajahku ke helmnya. Lalu tiba-tiba dia menyentuh keningku dengan
kecupan lembut dari bibirnya. Seketika pipiku memerah dan senyumku merekah,
wajahku tersipu malu. Dia menatapku, tertawa kecil, lalu….
“Dah, Sampai jumpa… princess cup
cake” katanya.
“Daahh…” teriakku girang
melambaikan tangan.
Sungguh
aku ingin menghabiskan waktu ku lebih lama dengannya, tapi masih ada hari
esok.. fikirku. Hari ini entah mengapa terasa begitu istimewa dari pada
hari-hari sebelumnya. Kebahagiaan yang tiada tara membuatku tak bias berhenti
tersenyum puas.
Perlahan
sosoknya mulai menghilang dari pandanganku, hujan mulai deras dan aku mulai
berbalik memalingkan diri dari arah Denis pergi. Ku bawa kaki ku melangkah
menuju pintu… tiba-tiba…
“Arifah !!!” ucapku.
Aku
masih terheran-heran kenapa dia menelponku berulang kali, padahal selama ini
kami tak pernah lagi berkomunikasi. Berdiri di depan pintu, ku cari handphone
ku di dalam tas ungu kesayanganku.
Ketemu,
7 panggilan tak terjawab dengan sebuah pesan sudah muncul di layar handphone
ku. 6 panggilan dari Arifah dan 1 panggilan dari Ayu adiknya Denis. Ku buka
pesan teks itu yang juga dari Arifah.
From : Arifah
Number : 081387******
Kamu dimana?? Berulang kali aku hubungi
kenapa kamu tak menjawabnya?? Bahkan kamu me-reject-nya. Hari ini jangan
pedulikan masalah kita yang telah lalu. Semua sudah berakhir. Tak ada lagi yang
harus kita bicarakan.
Kamu dimana?? Kenapa kamu
gak datang kerumah sakit?? Apa kamu gak tau. Pagi tadi ketika ia pulang dari rumahmu,
ia mengalami kecelakaan. Sebuah mobil box menabraknya, kepalanya mengalami
pendarahan hebat !! dokter bilang dia tak dapat di selamatkan!! dimana kamu
saat dia membutuhkanmu?
Dia telah meninggal !!
meninggal !!! dimana kau saat ia membutuhkanmu??
Aku terdiam, air
mata ku membanjiri wajahku… kaku, tubuh ini terasa kaku. Serasa ribuan jarum
menusuk tubuhku. Bahkan tanganku tak mampu menggenggam Handphone ku lagi.
“BOHONG !!!” teriakku.
“Pasti semua itu bohong, Denis
bersama ku hari ini..” teriakku seraya meneteskan air mata.
“Tadi ia menggandeng tanganku,
tadi ia mengusap air mataku, tadi ia membersihkan bibirku. Gak mungkin !!! gak
mungkin… “
Aku
mulai depresi dan berbicara sendiri, gak mungkin Denis pergi !! dia bersama ku
hari ini. Tak pernah ku fikirkan semua kebahagiaan yang ku rasakan hari ini
adalah ucapan perpisahank dengannya.
Aku
berlari menerjang derasnya hujan, air mataku kini tak tampak ia menyatu bersama
tangisan langit kelabu. Berlari seakan tak punya tujuan, berharap bisa melihat
wajahnya untuk yang terakhir kalinya.
“Denis, kamu sudah berjanji… untuk selalu menghapuskan air mata di
pipiku..”
Kini,
Denis tak ada disampingku untuk menepis air mataku. Hanyalah hujan yang terus
menerpa wajah ini dan menutupi luka yang menganga karena kepergiannya.
“Tiittt…tiiittt…tiiiittt….” Suara
jam weker membangunkanku.
Tersentak
aku, dari mimpi gilaku yang membuat jantungku berdegup begitu cepatnya…. !!
“Mimpi… tadi itu cuma mimpi..”
ucapku.
Nafasku
masih tak teratur dan aku mulai takut, “Cup cake !!” sentakku. Ku palingkan
wajahku menuju jam weker ku.
Deg..
deg.. deg… deg… Jantungku semakin kacau berdetak. Ada disana.. Cup cake dengan
krim strawberi besertakan secarih kertas disampingnya.
Ku
buka dengan rasa penuh ketakutan
Good morning Princess Cup cake
(˘⌣˘)ε˘`)
|
Secepat
angin, segera ku bangkit dari kasurku dan melesat menuju pintu depan rumah ku. Tanpa
pamit segera aku pergi berlari menggunakan piama ungu berhiaskan puluhan gambar
Cup cake kecil dengan buah berry di atasnya.
Kaki
ku tak lagi merasa sakit, walau tak mengenakan alas kaki seraya berlari. Fikiranku
melayang, air mataku berlinang. “Denis…” ucapku pelan berulang kali.
Isak
tangis mengiringiku berlari, berlari menuju rumah Denis yang hanya berjarak 3
block dari rumahku, orang-orang yang melihatku pasti terheran-heran. Melihat
seorang gadis menggunakan piama, tak beralas kaki, dan menangis berlari
terburu-buru mengejar ketakutan terbesarnya.
Tiba
ku di depan rumah Denis dan segera ku membunyikan Bell, Sosok lelaki gagah
keluar dan terheran-heran melihat ku yang berantakan seperti ini. Segera ku
terjang tubuh tegapnya, ku peluk, ku dekap, dan air mataku membasahi kaos
putihnya.
“Kamu kenapa??” tanyanya heran
dan membalas pelukanku.
“Kamu gak boleh pergi… kamu gak
boleh pergi..” jawabku dipenuhi isak tangis.
“Siti… aku akan selalu ada…
selalu ada untuk mengusap setiap air mata ini..” katanya seraya mencium rambut
ku yang masih lusuh.
Seketika
aku teringat kata-kata itu, kata-kata yang juga dia ucapkan di dalam mimpiku. Namun
kali ini aku tak akan membiarkannya sama, tak akan ku biarkan dia pergi
meninggalkanku. Aku ingin selalu dia ada untuk mengusap air mataku.
Writter By twitter : @RauufyHamdennir
https://twitter.com/RauufyHamdenniR
Inspiration By Twittr :
https://twitter.com/tehnonie
kereeen (h)
BalasHapusbagus :) tp kenapa harus namaku [-( haha
BalasHapusThanks semua nya (o)
BalasHapus